PUASA SYAWAL : 6 HARI UNTUK SETAHUN PUASA SYAWAL : 6 HARI UNTUK SETAHUN - Khidmatul Ummah

Galeri Kegiatan

🕌 Khidmatul Ummah
Assalamu’alaikum 🙏

Selamat datang di Khidmatul Ummah Lampung 🌸

Terima kasih sudah singgah di sini, sahabat kebaikan ❤️
Kehadiran Anda di sini insyaAllah menjadi jalan kebaikan dan keberkahan. Semoga Allah limpahkan rahmat untuk setiap langkah Anda 🌸✨

Apakah ingin mengetahui info program donasi atau langsung berpartisipasi? 😊

Pilih menu:

PUASA SYAWAL : 6 HARI UNTUK SETAHUN

 



KEUTAMAAN PUASA SYAWAL

 Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu,  Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

من صام ستة أيام بعد الفطر كان تمام السنة (من جاء بالحسنة فله عشر أمثالها)

“Barang siapa berpuasa enam hari setelah Idulfitri, maka (pahala) puasanya menjadi sempurna satu tahun (barang siapa melakukan amal yang baik, baginya [pahala] sepuluh kali lipat)” 
(Ibnu Majah; disahihkan oleh Syekh al-Albani dalam Shahih Ibnu Majah, no. 1.402).

Mengapa dikatakan pahala puasanya seperti puasa setahun penuh? 
Imam al-Nawawi rahimahullah menjelaskan,

وإنما كان ذلك كصيام الدهر لأن الحسنة بعشر أمثالها فرمضان بعشرة أشهر والستة بشهرين

“Hanya saja hal tersebut dikatakan seperti puasa setahun penuh karena kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Sebab itu, hitungan puasa Ramadan menjadi sepuluh bulan ditambah dengan Syawal dua bulan, maka genaplah satu tahun” 
(Syarh Shahih Muslim, Jilid 8, hlm. 56).

Dengan kata lain, sehari puasa Ramadan dihitung sepuluh hari, maka tiga puluh hari dihitung tiga ratus hari yang sama dengan sepuluh bulan. Sementara itu, puasa Syawal enam hari menjadi enam puluh, maka genaplah 360 hari atau setahun penuh. Namun, seorang muslim bisa saja mendapatkan pahala yang lebih tergantung keutamaan Allah kepada setiap hamba.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda sebagaimana diriwayatkan dari  Rabb-nya  tabaraka wa ta’ala,

إِنَّ الله كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ؛ فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمائَةِ ضِعْفٍ إِلىَ أَضْعَافٍ كَثِيْرَةٍ

“Sesungguhnya Allah menetapkan adanya kebaikan dan kejelekan, kemudian Dia menjelaskannya. Barang siapa yang berniat untuk mengerjakan amal kebaikan dan belum terlaksana, Allah akan catat baginya satu kebaikan yang sempurna. Kemudian jika dia berniat untuk kebaikan dan mengerjakannya, Allah akan catat baginya dengan sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat, bahkan sampai berlipat–lipat banyaknya” (Al-Bukhari, no. 6.491 dan Muslim no. 131).

Al-‘Allamah Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin  rahimahullah 
berkata,

 الله عز وجل بفضله ورحمته جعل الجزاء في الحسنات أكثر من العمل، الحسنة بعشر أمثالها إلى سبعمائةضعف إلى أضعاف 
كثيرة

“Allah ‘azza wa jalla, 
berkat keutamaan dan rahmat-Nya, menjadikan balasan kebaikan-kebaikan itu lebih banyak daripada amalannya. Kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat atau bahkan sampai berkali-kali lipat” (Fath Dzi al-Jalali wa al-Ikram, Jilid 1, hlm. 192).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar