Ramadhan, rasanya baru kemarin kita menyambut kedatangannya
dengan hati gembira.
Ramadhan, hari-hari bersamamu selalu menyenangkan.
Saat malam hening, betapa indahnya terdengar alunan ayat-ayat Allah disuarakan.
Ramadhan, walau siang hari udara panas menyengat. Tapi
hati tetap tenang, karena kami menjalankan puasa ini bersama-sama dengan hati
senang, jadi terasa ringan. Sebagai bentuk ketaatan kepada Allah.
Ketika sudah memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan, umat
semakin bersemangat beribadahnya. Bahkan malam-malamnya pun terasa hidup.
Ramadhan, rasanya baru kemarin kita merasakannya.
Secepat inikah kau meninggalkan kami...
Masa-masa manis beribadah bersamamu masih melekat di
hati. Masa-masa harus menahan kantuk dengan berbagai cara demi bisa
membersamaimu.
Suka
tidak suka kita harus jujur pada diri sendiri, bahwa selama ini di
dalam bulan Ramadhan kita selalu berusaha untuk bangun malam; ber-istighfar
memohon ampunan Allah.
Padahal di luar
Ramadhan, hal yang demikian itu sangatlah sulit untuk kita lakukan. Kita lebih
suka memilih tidur dan mendengkur dalam mimpi kehidupan yang kita bingkai
sendiri.
Namun tidak seharusnya
kita hanya bergantung kepada Ramadhan, sebab Ramadhan hanyalah salah satu dari
sekian banyak kasih sayang Allah ke-pada hamba-Nya.
Sementara di bulan yang
lain masih banyak kasih dan sayang Allah yang tersedia untuk kita raih dan
nikmati.
Oleh sebab itu hendaklah kita berupaya semaksimal mungkin dengan apa
saja kebajikan dan amaliah yang bisa kita perbuat, agar kasih sayang Allah
terus menerus mengalir dan tumpah kepada kita
Wahai Ramadhan.
... saat kau jadi saksi. Tolong sampaikan yang
baik-baik saja pada Rabb mu.
Kami sangat malu, karena banyak amal yang jauh dari
khusyuk. Kebutuhan dunia masih menghalangi kekhusyukan ibadah kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar