Usirlah Kesedihan dari Hatimu. Usirlah Kesedihan dari Hatimu. - Khidmatul Ummah

Galeri Kegiatan

🕌 Khidmatul Ummah
Assalamu’alaikum 🙏

Selamat datang di Khidmatul Ummah Lampung 🌸

Terima kasih sudah singgah di sini, sahabat kebaikan ❤️
Kehadiran Anda di sini insyaAllah menjadi jalan kebaikan dan keberkahan. Semoga Allah limpahkan rahmat untuk setiap langkah Anda 🌸✨

Apakah ingin mengetahui info program donasi atau langsung berpartisipasi? 😊

Pilih menu:

Usirlah Kesedihan dari Hatimu.


 “Anda muslim? Berbahagialah!” Bersyukurlah Anda atas nikmat Islam ini. Sebab Islam adalah agama yang menghendaki Anda untuk senantiasa bahagia.

Agama Islam diturunkan untuk membawa kebahagiaan bagi segenap manusia, bukan untuk menyusahkan. Allah berfirman,

“Tidaklah Kami menurunkan Al Quran ini kepadamu untuk membuatmu susah” (QS. Thaha: 2). Artinya, Islam diturunkan untuk membuatmu bahagia.

Namun ingatlah, kehidupan ini tak selamanya indah. Susah dan senang datang silih berganti. Yang demikian semakin meneguhkan hati untuk menilai kehidupan dunia ini adalah semu. Kesedihannya semu. Kebahagiaannya semu.

Sebaliknya akan ada kehidupan selanjutnya. Yakni negeri akhirat, yang kekal dan Abadi. Di sanalah tempat tinggal dan tempat bersenang-senang yang sesungguhnya, yakni di surga-Nya yang penuh kenikmatan. Atau kesengsaraan hakiki, di neraka yang membakar. Tempat kembali orang-orang durhaka kepada Allah.

Sungguh,  bahwa kesenangan dunia dan kesengsaraannya adalah cobaan. Akankah menjadi hamba yang bersyukur saat diberi nikmat dan sabar saat diberi cobaan, ataukah sebaliknya. Karena dunia ini adalah daarul ibtilaa’ (negeri tempat ujian). Allah ‘azza wa jalla berfirman,

 “Wahai manusia, Kami akan menguji kalian dengan kesempitan dan kenikmatan, untuk menguji iman kalian. Dan hanya kepada Kamilah kalian akan kembali” (QS. Al-Anbiya: 35).

Ikrimah –rahimahullah– pernah mengatakan,

 “Setiap insan pasti pernah merasakan suka dan duka. Oleh karena itu, jadikanlah sukamu adalah syukur dan dukamu adalah sabar.”

Senang dan duka adalah sunatullah yang pasti mewarnai kehidupan ini.

Karenanya, bukanlah aib bila seorang merasa sedih. Itu adalah fitrah. Tak ada salahnya bila memang sewajarnya. Terlebih bila sebab-sebab kesedihan itu suatu hal yang terpuji. Seperti yang dirasakan orang beriman saat melakukan dosa, di mana Nabi mengabarkan bahwa itu adalah tanda iman.

“Barangsiapa yang merasa bergembira karena amal kebaikannya dan sedih karena amal keburukannya, maka ia adalah seorang yang beriman” (HR. Tirmidzi).

Atau seorang merasa sedih saat menyia-nyiakan waktu, tertidur di sepertiga malam terakhir hingga luput dari sholat tahajud, ini suatu hal yang terpuji. Ini tanda adanya cahaya iman dalam hatinya.

Yang tercela adalah saat seorang larut dalam sedihnya. Hingga membuat rasa optimisnya menghilang, kesedihan yang menghancurkan harapan. Sampai membuatnya tidak mau bergerak, tidak ada ikhtiyar untuk mengubah keadaannya untuk menjadi insan yang bahagia, bahkan membawanya pada keputusasaan dan membenci takdir Allah.

Apa rahasia dari semua ini? Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan,

Rahasianya adalah, karena kesedihan adalah keadaan yang tidak menyenangkan, tidak ada maslahat bagi hati. Suatu hal yang paling disenangi setan adalah, membuat sedih hati seorang hamba. Hingga menghentikannya dari rutinitas amalnya dan menahannya dari kebiasaan baiknya.

Ini menunjukkan bahwa Islam begitu amat menginginkan kebahagiaan dalam hati setiap insan. Bahkan Allah senang melihat tanda-tanda bahagia itu tampak dalam diri kita.

Maka betapa indahnya Islam, agama yang mencintai kebahagiaan pada dirimu, dan mengenyahkanmu dari duka cita, di dunia dan di akhirat.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar